zonamerahnews – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, baru-baru ini terlibat perdebatan sengit dengan Aura Cinta, seorang siswi SMAN 1 Cikarang Utara yang juga korban penggusuran rumah di bantaran kali. Perdebatan ini bermula dari kebijakan pelarangan sekolah menggelar acara wisuda atau perpisahan. Dedi berargumen bahwa acara tersebut memberatkan orang tua karena biaya yang dikeluarkan. Ia menekankan bahwa kenangan indah masa sekolah tak hanya tercipta saat perpisahan, melainkan selama proses belajar tiga tahun.
Aura Cinta, di sisi lain, berpendapat bahwa perpisahan merupakan momen penting bagi siswa untuk berkumpul terakhir kali dengan teman-teman. Ia merasa tidak adil jika adik kelasnya tak bisa merasakan hal yang sama. Dedi pun kembali menyoroti biaya perpisahan yang dianggapnya memberatkan, terutama bagi keluarga kurang mampu. Ia bahkan menyinggung soal penggusuran rumah Aura dan mempertanyakan gaya hidup keluarga yang dianggapnya tidak sesuai dengan kondisi ekonomi mereka.

"Rumah aja enggak punya, bayar perpisahan gimana?" tanya Dedi tajam. Ia juga menyindir keluarga Aura yang meminta ganti rugi atas penggusuran rumah mereka di tanah negara. "Saya ngapain keluarin uang Rp10 juta untuk ibu, udah kasih orang miskin aja yang lain," tegasnya.
Aura menjelaskan bahwa video TikTok yang ia buat bukan untuk meminta belas kasihan, melainkan untuk memperjuangkan keadilan atas penggusuran yang dilakukan tanpa musyawarah. Ia pun menegaskan bahwa dirinya setuju dengan kebijakan pelarangan perpisahan sekolah, asalkan ada solusi agar siswa tetap bisa mengadakan acara perpisahan dengan biaya yang terjangkau.
Puncaknya, Dedi melontarkan pernyataan yang cukup kontroversial, "Anda miskin, tapi jangan sok kaya. Orang miskin itu prihatin membangun masa depan." Pernyataan ini langsung menuai beragam reaksi dari publik. Dedi menekankan pentingnya menekan pengeluaran dan fokus pada hal-hal positif, bukan acara-acara yang dianggapnya konsumtif. Perdebatan ini pun menjadi sorotan dan memicu perbincangan hangat di masyarakat tentang kebijakan sekolah, kesenjangan ekonomi, dan pentingnya empati.