zonamerahnews – Kasus dugaan perundungan (bullying) yang berujung maut menimpa seorang siswa SMP berinisial ABP di Grobogan, Jawa Tengah, tengah menjadi sorotan. Pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan mendalam terkait insiden tragis ini. Keluarga korban mengungkapkan adanya sejumlah luka mencurigakan di tubuh ABP, memicu dugaan kuat bahwa ia menjadi korban kekerasan.
Sawindra (38), ayah dari ABP, menuturkan bahwa keluarga mengetahui kejadian ini dari seorang anak tetangga yang bersekolah di tempat yang sama dengan korban. Nenek ABP mendapat kabar bahwa cucunya pingsan dan dilarikan ke puskesmas. Keluarga yang bergegas ke RSUD Dr R Soejati S Grobogan mendapati penjelasan dari dokter mengenai luka-luka yang diderita ABP.

"Kepala bagian kanan dan kiri memar, dada juga memar. Yang paling parah, tulang bagian belakang di bawah otak patah," ungkap Sawindra, menggambarkan kondisi putranya saat itu. Keluarga menduga ABP menjadi korban pengeroyokan oleh teman-temannya di sekolah.
Menurut penuturan Sawindra, ABP sempat dibanting ke lantai, dijedotkan ke tembok, hingga dikeroyok. Ironisnya, perlakuan perundungan ini bukan kali pertama dialami ABP. Dua bulan lalu, korban juga pernah dikeroyok hingga enggan masuk sekolah. Kejadian tersebut telah dilaporkan ke pihak sekolah, namun keluarga merasa tidak ada tindak lanjut yang memadai.
"Neneknya langsung datang ke sekolah, ke guru BK, bilang kalau ABP mengalami hal seperti itu. Kemudian disampaikan kalau masalah itu akan ditangani," beber Sawindra.
Pihak keluarga kini menuntut keadilan atas kematian ABP. Mereka berharap kasus ini diungkap secara transparan dan pelaku mendapatkan hukuman setimpal.
Menanggapi kejadian ini, Kepala Sekolah, Sukatno, menyampaikan duka cita yang mendalam. Ia menyatakan bahwa pihak sekolah telah menyerahkan penanganan kasus ini kepada pihak berwajib. Beberapa guru dan siswa telah dimintai keterangan sebagai saksi oleh Polres Grobogan.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, mengungkapkan bahwa sebelum meninggal, ABP sempat terlibat perkelahian sebanyak dua kali dengan anak yang berbeda. Perkelahian pertama terjadi pada pagi hari, sedangkan perkelahian kedua terjadi pada siang hari sebelum korban menghembuskan napas terakhir. Pada perkelahian kedua, korban sempat jatuh dan mengalami kejang-kejang.
"Lalu korban jatuh terlentang. Dia setelah jatuh kejang-kejang lalu dibawa ke UKS, lalu ke rumah sakit. Tapi kemudian meninggal dunia," ungkap Artanto.
Saat ini, polisi masih terus mendalami kasus ini dan telah memeriksa sejumlah saksi, termasuk kepala sekolah, guru, dan dua orang anak yang terlibat perkelahian dengan korban. Penyelidikan lebih lanjut masih berlangsung untuk mengungkap fakta sebenarnya di balik kematian tragis ABP.

