zonamerahnews – Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) mengungkap adanya indikasi kuat keterlibatan jaringan kelompok teroris ISIS dalam aksi demonstrasi yang berujung ricuh di beberapa wilayah Jawa Tengah, termasuk Solo dan Kendal, pada akhir Agustus lalu.
AKP Yusuf, Katim Semarang Raya Satgaswil Jateng Densus 88 Antiteror, menjelaskan bahwa penyusupan kelompok tersebut terdeteksi melalui aktivitas di media sosial. "Dari hasil pemantauan kami, ditemukan bahwa kelompok ISIS ini masuk melalui media sosial, seperti yang terjadi di Kendal dan Solo. Mereka memanfaatkan grup-grup di Facebook dan Instagram," ungkapnya saat tim Satgaswil Jateng Densus 88 menyambangi kediaman Ketua TP PKK Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, di Semarang, Senin (8/9), seperti dilansir dari detikJateng.

Kelompok ISIS, lanjut Yusuf, memanfaatkan momentum demonstrasi untuk menciptakan kekacauan. "Seruan mereka adalah menciptakan situasi yang chaos, dengan menambahkan postingan-postingan yang berisi tentang ketidakadilan," imbuhnya.
Yusuf menambahkan bahwa perekrutan anak-anak di bawah umur melalui media sosial telah berlangsung sejak ISIS mendeklarasikan diri pada tahun 2014. Proses doktrinasi dilakukan secara bertahap, mulai dari propaganda, pemetaan reaksi, pendekatan personal, hingga perekrutan. "Pada tahap ini, mereka mulai mengikat dengan baiat dan doktrin-doktrin keras untuk mengarahkan dan mengendalikan, hingga melakukan tindakan kekerasan dan teror," jelasnya.
Berdasarkan data kepolisian, sebanyak 1.747 orang ditangkap di Jawa Tengah terkait kericuhan saat demonstrasi akhir Agustus lalu. Dari jumlah tersebut, 1.058 di antaranya adalah anak-anak. "Ini sangat memprihatinkan. Saat dijemput ibunya, mereka menangis. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran ibu dan orang tua dalam memberikan edukasi kepada anak-anaknya," ujar Yusuf.
Kompol Ghofar, Kepala Unit Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Satgaswil Jateng Densus 88, menekankan bahwa kelompok radikal kini mengubah strategi dengan menyasar generasi muda. "Jika pelaku dewasa lebih mudah untuk dilakukan deradikalisasi, kini mereka masuk ke anak-anak. Strategi mereka memang bergeser ke sana," tuturnya.
Untuk mencegah fenomena ini, Densus 88 menggandeng berbagai pihak, termasuk PKK Jateng, untuk mengedukasi orang tua dan ibu-ibu PKK. Tujuannya adalah agar keluarga dapat lebih aktif dalam mengawasi aktivitas digital anak-anak agar tidak terjebak dalam propaganda radikal dan doktrin kekerasan.