zonamerahnews – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, membuat keputusan tegas dengan menghentikan sementara dana hibah untuk yayasan pendidikan, termasuk yang berbasis agama. Keputusan kontroversial ini dilatarbelakangi temuan penyelewengan dana yang signifikan, menyebabkan penyaluran dana tidak merata dan jauh dari sasaran. Informasi yang diperoleh zonamerahnews.com menyebutkan adanya yayasan baru yang belum terverifikasi, namun menerima dana miliaran rupiah tanpa pertanggungjawaban yang jelas terkait peningkatan kualitas pendidikan.
"Saya tak ingin dana hibah hanya dinikmati segelintir pihak," tegas Dedi dalam keterangan pers di Bandung, Minggu (27/4). "Praktik ini tak bisa dibiarkan. Maka, saya hentikan dulu. Ke depan, bantuan akan berbasis program pembangunan, bukan lagi aspirasi atau kedekatan politik," tambahnya.

Penghentian sementara ini, lanjut Dedi, dilakukan hingga proses verifikasi menyeluruh oleh Dinas Pendidikan dan Kanwil Kementerian Agama Jawa Barat rampung. Langkah ini, menurutnya, telah mendapat dukungan penuh dari DPRD Jawa Barat.
Meskipun demikian, Dedi membuka peluang bantuan hibah untuk pembangunan sekolah madrasah ibtidaiyah dan tsanawiyah yang menjadi wewenang Kemenag kabupaten/kota. "Pemprov siap membantu, asalkan data jumlah siswa jelas dan terverifikasi. Saya tak ingin ada lagi penyalahgunaan dana," ujarnya.
Reformasi pendidikan di Jawa Barat juga menjadi fokus Dedi. Ia menyoroti penerimaan siswa baru yang kerap menimbulkan masalah, terutama di jenjang SMA/Madrasah Aliyah. Untuk itu, ia meminta Dinas Pendidikan Jabar dan Kanwil Kemenag Jabar menetapkan daya tampung secara transparan. Siswa yang tak tertampung akan diarahkan ke sekolah swasta yang telah ditunjuk, dengan bantuan pembiayaan dari Pemprov Jabar. Hal serupa juga diterapkan untuk tingkat SD dan SMP.
Lebih lanjut, Dedi menekankan pentingnya perencanaan pembangunan sekolah yang terintegrasi. Sekolah menengah atas atau pertama yang baru dibangun tidak boleh berdekatan dengan SD/SMP yang sudah ada, untuk menghindari persaingan perebutan siswa. Dengan strategi ini, Dedi optimistis target 100 persen partisipasi sekolah hingga jenjang SMA/MA di Jawa Barat dapat tercapai.