zonamerahnews – Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengambil langkah cepat untuk mengatasi keluhan warga terkait bau tak sedap yang berasal dari pengolahan sampah Refuse Derived Fuel (RDF) Plant di Rorotan, Jakarta Utara. Kapasitas pengolahan sampah di fasilitas tersebut diputuskan untuk diturunkan kembali menjadi 1.000 ton per hari.
Keputusan ini diambil setelah evaluasi menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas pengolahan sampah hingga 2.000-2.500 ton per hari justru memicu masalah baru. Salah satu masalah utama adalah timbulnya bau tidak sedap yang mengganggu kenyamanan warga sekitar.

Pramono menjelaskan bahwa bau tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Sampah yang terpapar hujan memicu pertumbuhan bakteri, sementara penggunaan truk pengangkut sampah compacted yang sudah tua menyebabkan air lindi tumpah dan menimbulkan bau yang menyengat.
"Masalahnya, sampah kena hujan jadi ada bakteri. Lalu, truk compacted yang dipakai sebagian truk lama, air lindinya jatuh-jatuh, menimbulkan bau," ungkap Pramono di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Kamis (6/11).
Menurut Pramono, kapasitas 1.000 ton per hari terbukti lebih aman dan tertata dengan baik. Masyarakat juga diajak untuk memantau kondisi cerobong asap, yang menunjukkan hasil bersih dan teratur. Selain itu, sampah yang digunakan untuk RDF sebaiknya berusia 2 hingga 5 hari.
Untuk mengatasi masalah armada truk, Pramono menyatakan bahwa saat ini sudah ada 93 truk baru sejak tahun 2024. Ia juga telah meminta agar pengadaan truk baru untuk tahun 2025 dipercepat. Truk-truk lama akan dipindahkan ke lokasi lain.
"Armada sudah ada 93 truk tahun 2024. Saya minta pengadaan 2025 dipercepat, jadi hanya truk baru yang melayani, yang lama ditarik semua ke tempat lain," tegas Pramono. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi masalah bau tak sedap dan meningkatkan efisiensi pengolahan sampah di RDF Plant Rorotan.

